Sabtu, 24 April 2010

Agustus, Indonesia Kering Lagi

Intensitas hujan sejumlah daerah di bagian barat Indonesia diperkirakan kembali menurun memasuki bulan Agustus. Penyebabnya, adalah aktivitas angin monsun timur, aktivitas El Nino, dan dipole mode positif.

"Penurunan curah hujan ini harus diwaspadai petani ketika bercocok tanam dan masyarakat lain terkait munculnya penyakit di musim kemarau. Daerah seperti Jawa dan Sumatera harus lebih mewaspadainya," kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin, Senin (28/7) di Bandung.

Thomas mengatakan ada tiga hal yang akan memengaruhi terjadi penurunan curah hujan. Saat itu, terjadi aktivitas angin monsun timuran (monsun Australia) yang akan bertiup cukup kuat mendorong awan ke arah utara. Monsun timuran ini memicu penurunan curah hujan.

Selain itu, aktivitas El Nino juga akan mulai terasa lebih kuat. Hal ini akan dilihat dari lebih hangatnya suhu permukaan air di Laut Pasifik Timur , sekitar dua derajat celcius, ketimbang di Laut Pasifik Barat.

Dipole mode juga dipekirakan positif sekitar 0,2 derajat celcius. Hal itu ditandai dengan menghangatnya suhu permukaan air laut di Perairan Afrika ketimbang perairan sekitar Indonesia.

Oleh karena itu, sektor pertanian dan kesehatan dikatakan harus berjaga-jaga terhadap kemungkinan ini. Minimnya curah hujan kemungkinan akan memengaruhi pola tanam, khususnya daerah perawasahan dan perkebunan.

Sektor kesehatan juga harus diwaspadai. Alasannya, memaskui musim kemarau, banyak penyakit mematikan yang akan muncul. Salah satunya, adalah demam berdarah.

Ditanya tentang banyaknya daerah yang diguyur hujan pada Bulan Juli, Thomas mengatakan , hal itu dipengaruhi adanya osilasi maden julian (fenomena pergerakan angin permukaan di daerah tropis) negatif, dipole mode negatif, dan suhu permukaan air laut di Indonesia bagian barat lebih hangat ketimbang Indonesia bagian timur. Semuanya, dikatakan sebagai penyebab masih terjadinya curah hujan di beberapa wilayah Indonesia, khususnya Jawa dan Sumatera.

"Namun, memasuki bulan Agustus akan berkurang meski di beberapa daerah di timur Indonesia, kemungkinan masih akan turun hujan meski tidak lebih dari 100-200 milimeter per bulan," katanya

Kamis, 22 April 2010

192 Negara Ikuti Konferensi Lingkungan di Bali

Sebanyak 192 negara menghadiri pertemuan ke-11 Special Session of the UNEP Governing Council/Global Ministerial Environment Forum (GC-UNEP) yang dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup Prof Dr Ir Gusti Muhammad Hatta, MS di Nusa Dua Bali, Senin (22/2/2010).

Dalam pertemuan ini, tiga hal utama yang menjadi pembahasan adalah kebijakan lingkungan internasional atau international environmental governance dan pembangunan berwawasan lingkungan (sustainable development), serta ekonomi hijau, ekosistem, dan keanekaragaman hayati (the green economy, biodiversity, and ecosystems).

Bagi Indonesia, pertemuan ini diharapkan dapat memberi beberapa keuntungan, di antaranya mendapatkan bantuan dari UNEP untuk peningkatan kapasitas dalam kaitannya dengan the economics ecosystems and biodiversity khususnya bagi pemerintah daerah, serta pembahasan hukum lingkungan (enviromental law) untuk menyepakati dua buah draf pedoman yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan nasional.

"Krisis global saat ini, yakni krisis ekonomi dunia dan krisis perubahan iklim, memberikan pelajaran yang berharga kepada seluruh bangsa di dunia. Krisis global hanya menyediakan pilihan untuk merubah pola pembangunan menjadi pembangunan yang tidak berpihak kepada pro-growth, namun juga pro-poor, pro-job, dan pro-environment," ujar Gusti Muhammad Hatta.

Dari pertemuan ini juga diharapkan dapat dihasilkan dua kesepakatan, yaitu Decision on Ocean yang merupakan tindak lanjut dari Manado Ocean Declaration dan Nusa Dua Declaration yang merupakan pesan politis tingkat tinggi.

Jumat, 16 April 2010

Sembuhkan Demam dengan Kelor

Apakah anda tau dengan tanaman OBAT HERBAL yang satu ini? Kata ini sering kita dengar di pepatah “dunia tidak selebar daun kelor”. Apakah anda tau fungsi dari daun kelor? Apakah anda tau bentuk dari daun kelor ini? Daun kelor ini sangat berguna untuk obat, dan penyakit yang bisa disembuhkan menggunakan tanaman obat ini adalah demam.

Dulu sewaktu masih kecil, orang tua selalu menggunakan daun kelor untuk menyembuhkan demam atau panas. Khasiat dari OBAT TRADISIONAL ini memang tidak usah di ragukan lagi. Memang ampuh sekali untuk mengobati demam. Namun kenapa di jaman yang modern ini semakin jarang orang yang menggunakan tanaman ini untuk mengatasi demam? Hal ini bisa dikarenakan semakin jarang ditemukan pohon kelor ini, dan orang tua jaman sekarang sepertinya agak enggan untuk memproses daun kelor tersebut. Mereka lebih suka untuk langsung saja membawa anak mereka ke dokter. Padahal obat-obatan modern memiliki efek samping jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang.

Kamis, 15 April 2010

15 Situs Kubur Batu Ditemukan

Sedikitnya ada 15 kuburan batu telah ditemukan di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan (Sumsel) yang lokasinya tersebar di lima kecamatan.


Informasi dari lokasi penemuan kubur batu itu, Senin, menyebutkan, rincian lokasi penemuan rumah batu tersebut antara lain dua berada di Kecamatan Pagaralam Utara, dua di Kecamatan Dempo Utara, dan satu di Kecamatan Dempo Tengah wilayah Kota Pagaralam.

Kemudian untuk wilayah Lahat, yaitu tujuh di Kecamatan Pajarbulan, satu di Kecamatan Jarai, dan dua kubur batu di Desa Talang Pagar Agung, Kecamatan Pajarbulan.

Penemuan kuburan batu itu, menurut informasi warga setempat banyak terjadi antara lain melalui proses mimpi, sehingga setelah itu dilakukan penggalian yang dilakukan penduduk setempat.

Aset cagar budaya ini semuanya masih belum dikelola pemerintah, dan penduduk setempat yang merupakan pemilik lahan penemuan bangunan bersejarah tersebut.

"Untuk saat ini semua kuburan batu yang sudah ditemukan langsung dilakukan penelitian dan pendataan untuk mengetahui dengan pasti jenis cagar budaya tersebut," kata Akhmad Rifai, petugas Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3 Jambi) dengan wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Babel.

Dia mengatakan, memang ada beberapa jenis peninggalan purbakala yang sudah ditemukan di wilayah Pagaralam dan Lahat, yaitu megalit, kuburan batu, tempayan, arca, lumpang batu, dan beberpa jenis benda bersejarah diperkirakan berusia ratusan hingga ribuan tahun lalu.

"Kami sudah melakukan pendataan penemuan kuburan batu, seperti di Dusun Tanjung Aro 2, Dusun Tegurwangi 2, Dusun Belumai 1 untuk Pagaralam, sedangkan wilayah Lahat di Desa Kota Raya Lembak 7, Desa Gunung Megang 1," ujar dia.

Akhmad mengatakan, setelah dilakukan pendataan semua cagar budaya tersebut langsung dilindungi BP3 Jambi dan langsung mengangkat juru kunci sebagai petugas pemeliharaannya.

"Sedangkan untuk kuburan batu atau situs yang ditemukan di Desa Talang Pagaragung, Kecamatan Pajarbulan belum dimasukkan dalam salah satu benda bersejarah yang harus dilindungi karena baru ditemukan dan masih dalam proses penelitian tim dari arkeologi BP3 Jambi," katanya.

Ia mengatakan, penelitian hanya bersifat menentukan umur, masa dan jenis-jenis benda yang terdapat di dalam bangunan tersebut saat dilakukan penggalian.

"Kami sudah melakukan penelitian bentuk bangunan bukan tempat pemujaan atau langgar, tapi merupakan kuburan batu sama dengan yang sudah lebih dulu ditemukan di daerah lainnya, baik di Kota Pagaralam maupun wilayah Kabupaten Lahat," demikian Akhmad Rifai.

Minggu, 04 April 2010

15 Danau Mengalami Sedimentasi Parah

Dua danau di Pulau Sulawesi direkomendasikan dikeruk akibat sedimentasi berat. Keduanya adalah Danau Limboto di Provinsi Gorontalo dan Danau Tempe di Provinsi Sulawesi Selatan.

Keduanya masuk Program Pengelolaan Danau Prioritas Tahun 2010-2014 yang total berjumlah 15 danau. Sebanyak 15 danau lainnya masuk prioritas program rehabilitasi tahun 2015-2019.

Selain dua danau dikeruk, juga dilakukan peningkatan kualitas air, peningkatan komitmen pemerintah, pemulihan kawasan terpadu, pengawasan pemanfaatan multifungsi danau, peningkatan pariwisata, dan program perubahan iklim.

”Kami butuh kerja sama departemen lain dan pemerintah daerah untuk memenuhi target itu,” kata Deputi III Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Masnellyarti Hilman kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/7).

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) memprakarsai Konferensi Nasional Danau Indonesia: Pengelolaan Danau dan Antisipasi Perubahan Iklim di Bali, 13-15 Agustus 2009. Diperkirakan ada 700 peserta dari sembilan departemen dan kementerian serta pemerintah daerah.

Data KNLH menunjukkan, dari 22 sungai yang mengalir ke Danau Limboto, hanya dua sungai masih mengalir ketika musim kemarau. Kondisi hampir sama terjadi di Danau Tempe.

Selama 1972-2002 laju penyusutan luas Danau Limboto 50 hektar per tahun dan laju sedimentasi 1,5-50 sentimeter (cm) per tahun. Tanpa rehabilitasi kerusakan lahan dan pengendalian limbah domestik, tahun 2034 danau itu akan menjadi legenda.

Sementara itu, laju sedimentasi di Danau Tempe mencapai 1-3 cm per tahun. Tanpa intervensi rehabilitasi, Danau Tempe diperkirakan hilang setiap musim kering pada tahun 2018.

”Banyak lahan kritis, hutannya juga sedikit,” kata Asisten Deputi III Urusan Pengendalian Kerusakan Sungai dan Danau Antung D Radiansyah.

Menambah ironis

Masifnya kerusakan danau-danau di Indonesia menambah deret ironi kekayaan alam Tanah Air setelah pembabatan hutan dan eksploitasi sumber daya alam besar-besaran.

Dari data KNLH, ada 840 danau besar dan 735 danau kecil di Indonesia. Danau-danau itu menyediakan 72 persen suplai air permukaan di Indonesia.

Danau-danau juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, wisata, irigasi, dan budidaya perikanan. Namun, daya dukungnya terus menyusut drastis akibat pola pembangunan dan pengelolaan yang mengabaikan fungsi penting dan daya tampungnya.

Salah satu contoh pengabaian perhitungan daya tampung danau adalah kematian massal ikan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, pada akhir tahun 2008 lalu hingga mencapai 13.413 ton atau setara dengan Rp 150 miliar.

Kejadian serupa pernah terjadi di tempat lain dalam skala berbeda-beda. Namun, terus berulang dan merugikan para pembudidaya ikan.

”Waktunya mengubah pola pikir tentang pengelolaan dan peran danau dalam pembangunan,” kata Masnellyarti.

Sebagai langkah perubahan, setidaknya membutuhkan komitmen sembilan departemen dan kementerian untuk kesepakatan pengelolaan danau berkelanjutan. Sejumlah target sudah dibuat dan rencana pengelolaan berkelanjutan disusun untuk dibahas pada pertemuan di Bali pada Agustus 2009 mendatang.

Untuk mendanai program tersebut butuh dana besar. Untuk itu, KNLH akan mengajak semua departemen dan kementerian yang terlibat pengelolaan untuk turun tangan.